Desa Sukaimut, terletak di Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, memiliki sejarah yang kaya dan menarik. Awalnya, wilayah ini dikenal sebagai Desa Moncongos dan merupakan bagian dari Desa Dukuh (sekarang Tambakbaya). Pada masa penjajahan kolonial Belanda, wilayah ini dipimpin oleh seorang tokoh bernama Mbah Buyut Dalem, sehingga sering disebut sebagai Desa Dukuh Dalem.

Seiring berjalannya waktu, terjadi beberapa pergantian kepemimpinan, dimulai dari Mbah Dukuh Dalem, Buyut Jagur, Buyut Jemur, Buyut Jambar (anak dari Buyut Jemur), hingga Buyut Bengkar. Pada masa kepemimpinan Buyut Bengkar, ia dihadapkan pada pilihan untuk memimpin salah satu dari dua wilayah, yaitu Dukuh dan Pakembangan. Akhirnya, ia memilih untuk memimpin Pakembangan. Setelah itu, kepemimpinan dilanjutkan oleh Buyut Arga, yang terpilih melalui pemilihan kepala pedukuhan oleh masyarakat setempat.

Pada masa kepemimpinan Buyut Arga, bertepatan dengan berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia, wilayah Dukuh mengalami pemekaran menjadi tiga desa: Desa Dukuh Dalem (Tambakbaya), Desa Paleben (Cikananga), dan Desa Moncongos. Nama Desa Moncongos kemudian diubah menjadi Desa Sukaimut pada masa kepemimpinan Kepala Desa Mukaham setelah kemerdekaan Indonesia.

Perubahan nama dari Moncongos menjadi Sukaimut terjadi sekitar tahun 1961, saat kunjungan gubernur ke Kecamatan Garawangi. Gubernur yang melihat nama Desa Moncongos menyarankan untuk menggantinya, dan akhirnya dipilihlah nama Sukaimut, yang dianggap lebih baik dan menghilangkan kesan negatif dari nama sebelumnya.

Saat ini, Desa Sukaimut dikenal sebagai desa yang berkembang dengan berbagai potensi, termasuk wisata alam seperti Bukit Moncongos dan Wisata Air Moncongos, yang tetap mempertahankan nama lama sebagai bagian dari sejarah dan identitas desa.